“Ae ssi kemana saja kau? Kami sangat mencemaskanmu.” Sergah Sulli begitu melihatku datang.
“Kecuali aku..” ucap Boss-nya.
“Dia bohong! Dia lebih mencemaskanmu!”
“Ne.. aku baik-baik saja sulli-ah, mianhe kemarin aku lupa menghubungi kalian kalau aku sakit.”
“Kenapa kau tidak menjawab teleponku?” tanya Sulli dengan mata menyipit.
“Ponselku.. hilang.”
“Sudahlah jangan mengintrogasinya, dia pasti masih sakit.” Seru si Boss.
“Baiklah.. yang penting sekarang aku sudah melihatmu.” Balas Sulli.
“Terimakasih kalian sudah menghawatirkanku.” Ucapku dengan tulus, raut wajahku mungkin masih sangat lelah. Aku bersyukur lagi, mempunyai sahabat yang baik juga Boss yang baik. Mereka bahkan tidak memarahiku walaupun kemarin sudah membolos kerja. Aku mulai melanjutkan aktivitas, walaupun ada sesuatu yang aku lupa. aku samasekali lupa dengan ponselku. Lupa bagaimana ponsel itu bisa hilang. Apakah aku menjatuhkannya disuatu tempat? Namun aku tidak mau memikirkan ponsel itu dulu. Aku kembali menghela nafas lalu kembali melayani tamu. Disebuah pusat perbelanjaan elektronik mewah, Kyuhyun dan Sungmin sedang menikmati masa liburnya. Walaupun mungkin itu tidak bisa dibilang liburan. Karena, dia hanya diberi waktu enam jam saja untuk keluar dari dorm hari ini. Kyu sengaja menarik Sungmin ke area elektronik, ia tidak mau Sungmin kabur ke salon memperbaiki tatanan rambutnya karena itu akan menghabiskan banyak waktu dan tentunya waktu jadi terbuang percuma. Setelah masuk ke sebuah toko ponsel, Kyuhyun mengeluarkan ponsel dari sakunya.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan toko itu.
“Tentu, aku perlu charger dan memory-card untuk ponsel ini.” balas Kyu sambil menunjukkan ponselnya. Sungmin yang berada disampingnya mulai terheran-heran, ia baru melihat ponsel Kyu yang tadi ditunjukkan pada pelayan toko.
“Tunggu sebentar.” Seru pelayan itu.
“Apa itu ponselmu? Aku baru melihatnya.” Tanya Sungmin saat pelayan itu pergi mencari benda yang diinginkan Kyuhyun.
“Diamlah.” Balas Kyu
“Ini charger-nya, dan untuk memory-card-nya saya mempunyai beberapa pilihan.” Seru pelayan itu sambil menyerahkan barang yang disebutkannya.
“Aku pilih yang ini.”
“Baiklah, ada yang bisa dibantu lagi?”
“Tidak, terimakasih.”
Kyuhyun pun segera keluar dari toko itu setelah membayar dan berfoto dengan pelayan tadi. Rupanya, pelayan tadi adalah salah satu penggemar Suju.
“Kita punya banyak memory-card di dorm, kenapa kau tidak bertanya dulu padaku.. aku punya banyak.” Tanya sungmin setelah keluar dari toko
“Masalahnya ini ponsel lama.” Jelas Kyu
“Tunggu. Apakah itu benar-benar ponselmu? Aku baru melihatnya hari ini!”
“Sudahlah, ayo kita pulang.” Ajak Kyu
Minhwa pun sedang menikmati hari liburnya, karena jadwal latihan hari ini berkurang maka ia bisa bersantai, sekalian mencari Babysitter untuk anak didiknya. Ia pun memilih sebuah restoran kecil yang ramai dengan lambang Matahari didepannya.
“Apa disini ada bibimpap?” tanya Minhwa pada salah seorang pegawai restoran itu.
“Tentu saja.”
“Tapi, disini tertulis Indonesian Foods.”
“Tenanglah Paman, pemilik resto ini adalah orang Korea asli, jadi selain makanan Indonesia disini juga tersedia makanan khas Korea.” Jelasku pada pelanggan baru yang tentunya baru ku lihat ini.
“Tunggu. Apa aku terlihat seperti ajussi?” tanya pembeli itu.
“Ommo! Mian, maksudku.. Oppa?!” seruku dan tawa pun pecah diantara kami. Aku bertepuk tangan, dengan setengah berteriak aku memanggil Sulli.
“Sulli-ah, satu bibimpap dan jus apel. Oh ya, beri dia kue yang aku letakkan di lemari pendingin.”
“Baiklah.” Seru Sulli dari dapur.
Dan tak berapa lama makanan pun tersaji. Melihat apa yang dipesannya datang, Pelanggan baru itu segera menghantam makanannya tanpa peduli setiap pasang mata yang diam-diam menatapnya.
“Woaaah, aku baru saja selesai makan. Apa kau mengusirku?”
“Mianhe.. tapi sebentar lagi kami tutup.” Seruku “tapi.. kalau oppa masih lapar, aku akan menaktirmu makan dirumahku.. otte?” goda ku pada pembeli yang terlihat kekenyangan itu.
“hahaha, siapa namamu? Kau sangat lucu!” seru pembeli yang bernama Minhwa itu.
“Namanya Lee Shin Ae, dia memang lucu ajussi.” Sergah Sulli yang sedari tadi memperhatikanku dan ajussi itu.
“Nama yang bagus, baiklah setelah toko ini tutup kau harus menemuiku.”
“Apa kau akan mengajaknya kencan?” tanya Sulli penasaran.
“Jeongmal?” tanyaku sambil membereskan meja.
“Hahaha, aku lebih pantas jadi ajussi-mu. Aku tidak akan mengajakmu kencan kecuali kalau kau memaksa. Ae ssi, aku tunggu diluar.” Seru Minhwa
“Baiklah.”
Setelah toko ditutup, Aku segera menemui ajussi tadi. Walaupun, Boss dan Sulli sempat menggodaku. Aku hanya tertawa dengan tingkah mereka berdua.
“Ajussi, aku datang. Jadi, kenapa kau ingin menemuiku empat mata? Kau tidak akan menggodaku bukan?” godaku pada ajussi itu.
“Apa aku terlihat seperti ajussi yang suka menggoda anak gadis?”
“Aku rasa..iya! hahahahah.”
“perkenalkan namaku Minhwa. Kau boleh memanggilku Min atau Sunbae seperti kebanyakan anak didikku.”
“Apa kau seorang guru?”
“Aku pelatih dance.”
“Ooooh.. jadi, apa yang bisa aku bantu?” tanyaku melihat gelagat paman yang sedikit ragu-ragu.
“Aku membutuhkan asissten.”
“Mwo? Asissten?”
“Ne, untuk mengurus anak didikku. Tapi, kau jangan salah paham. Ini bukan seperti pembantu, kau hanya bertugas membangunkan dan mengingatkan anak didikku untuk latihan.”
“Maksudmu, latihan dance?”
“Ne, Ae ssi.. percayalah kau tidak akan rugi samasekali.. dan soal gaji.. aku berjanji itu tidak akan mengecewakan.”
“Tapi, aku baru dengar ada asisten untuk orang yang hanya berlatih dance.”
“Hahahahaha. Hanya katamu??”
“Oooh, mian.”
“Jadi.. apa keputusanmu?”
“Entahlah, maksudku.. aku baru pertama kali bertemu denganmu. Aku tahu ajussi bukan orang jahat. Tapi, mengapa kau menjadikanku asisten untuk anak didikmu? Mengapa bukan seseorang yang mungkin bisa dance atau mengerti sedikit tentang dance. Karena, jujur aku sama sekali tidak bisa menari apalagi menyanyi.”
“Kau mungkin tidak percaya Ae ssi, tapi aku.. bisa melihat sesuatu yang hebat dari dirimu.”
“Hahahaha, baiklah.. cukup. Jangan merayuku, aku akan memikirkannya. Tapi, aku tidak berjanji akan menerimanya. Kau tahu kan, aku masih punya kontrak kerja dengan restoranku.”
“Ne, aku mengerti. Tapi, percayalah kau tidak akan menyesal jika mau menerima tawaranku ini.”
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Sebulan lamanya, aku selalu memikirkan tawaran itu. Aku sudah memberi tahu makcik dan Sulli. Hanya saja masih bingung dengan keputusan yang harus aku ambil. Namun satu hal yang menarik dari tawaran itu adalah, kuliah. Saat, ajussi mengantarku pulang, ia menawarkan untuk membuka rekening khusus untuk biaya kuliahku, entah apa istimewanya kerja asisten ini. Hingga sunbae sampai memberi upah yang sangat sangat lumayan. Aku menatap boss-ku lekat. Dan seperti terkena bom yang jatuh dari langit, sang boss rupanya tahu kalau dari tadi aku selalu memperhatikannya.
“Kenapa Ae ssi? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan? Bicaralah.”
“Oooh, anniya..”
“Bicaralah, Sulli sudah menceritakan semuanya padaku.”
“Mwo? Sulli-ah!!” teriakku dari kasir.
“Sudahlah.. jangan memarahinya. Aku yang memaksanya bercerita. Sebulan ini kau tampak murung. Aku tahu kau pasti mencemaskanku. Tapi, aku juga sadar kalau kau pasti menginginkan yang terbaik untuk hidupmu.”
“Bukan, begitu.”
“Aku mengerti. Pergilah..”
Seketika airmataku jatuh berderai, selama ini boss-ku itu sudah ku anggap seperti ayah sendiri. Sosoknya yang tegas namun sangat lembut membuatku sangat nyaman bekerja direstoran kecil bernama SunFood itu. Aku menghela nafas berat lalu memeluk Boss erat. Menumpahkan seluruh kesedihan yang selama ini mengganjal hatiku.
“Sudahlah, jangan menangis. Aku tahu kau akan berhasil!”
“Mian.. aku meninggalkanmu.”
“Tidak, kau hanya mengejar impianmu.”
“Aku sudah banyak merepotkanmu boss.”
“Tidak, kau adalah pegawai kesayanganku.”
Aku kembali terisak. Dan setelah kejadian itu, Aku pun pamit. Meninggalkan Boss kesayanganku dan Sulli. Aku mengambil ponsel sepupu kecil-ku begitu sampai rumah.
“Hallo..” jawab pemilik nomer ponsel itu setelah hampir empat kali aku menghubungi nomor Sunbae.
“Ini aku..”
“Ommo! Ini.. Ae ssi?” balas Sunbae terkejut.
“Ne, aku sudah memikirkannya.. dan aku rasa, aku mau menerima tawaranmu.”
“Ah, jeongmal? Akhirnya.. hahahaha.”
“Apa kau sudah menemukan asisten selain aku?”
“Tidak. Tentu saja tidak.”
“Lalu, apa aku diterima?”
“Hahahaha, tentu saja! Besok pagi datanglah kekantorku. Aku akan mengirimkan alamatnya melalui pesan singkat.”
“Ne, aku mengerti.”
Telepon pun terputus.
Aku melangkahkan kakiku ragu, melihat papan nama kantor Sunbae. “Ini mungkin semacam papan nama.” Celoteh ku dalam hati. Lalu, tiba-tiba tersadar bahwa nama itu tidak asing, aku sering melihatnya disuatu tempat tapi aku benar-benar lupa. Dengan menggaruk kepala yang tidak gatal, aku tetap melangkahkan kakiku masuk kekantor yang megah itu.Tanpa disangka, saat aku baru saja ingin bertanya pada resepsionis, Sunbae sudah memanggilku, menyeretku ke suatu tempat.
“Ini untukmu, hari ini kau langsung bekerja. Tapi, sebelumnya kau harus ganti baju. Aku akan memperkenalkanmu dengan anak didikku.” Jelas Sunbae tanpa memperdulikan wajahku yang kebingungan. Oh Tuhan apakah aku salah mengambil keputusan? Tukasku di lubuk hati terdalam. Tepukan Sunbae mengagetkanku.
“Ini, terimalah.” Sunbae kembali memberiku baju, sepatu danlainsebagainya. Aku menerimanya dengan ragu. Masih dengan kebingunganku, Sunbae menyeretku ke sebuah toilet. Oh Tuhan, apakah ini benar-benar toilet? Kenapa lebih luas dari kamarku?? Setelah selesai dengan kebingunganku, aku mulai membereskan bajuku, memasukkannya kedalam tas. Ternyata baju yang diberikan Sunbae lumayan juga, membuatku sedikit manis (hahahaha). Begitu melihatku keluar, Sunbae langsung menyeretku, LAGI.
“Kau lama sekali!” serunya
“Kenapa buru-buru sekali?”
“Mereka sibuk Ae ssi..”
“Apakah penari sesibuk itu?”
“Mereka bukan cuma penari, mereka juga bernyanyi.”
“Ah benarkah?”
Setelah beberapa lama menaiki lift, akhirnya aku dan Profmin sampai disuatu ruangan yang sangat besar, mirip seperti sebuah markas atau semacamnya. Entahlah, yang pasti aku yakin itu markas anak didiknya.
“Masuklah.”
Sekilas aku membaca papan nama dipintu markas itu. “Super Junior” itulah yang tertera dipapan nama itu, aku hanya “Oooh.. aku bekerja dengan anak didiknya yang bernama super junior? Hah?? Super Junior??!” aku setengah berteriak, membuat Sunbae menatapku heran. Rupanya aku membuatnya kaget dengan teriakan anehku.
“Perkenalkan, ini Lee Shin Ae.. babysiter kalian!” seru Sunbae. Dan dengan sigap, beberapa pasang mata menatapku. Aku malah berbalik menatap Sunbae, babysitter?? Apa maksudnya? Melihatku kaget, Sunbae berdehem.
My fav food are salad indonesian (rujak), jengkol
(NO!!!) and the last is ramen(koreanfood) my fav drink is water lol. Follow my
instagram @18rohaeti more pict there :) mari membaca!